Berkabung, Tokoh Masyarakat Toraja Matius Pasang Tutup Usia
TARAKAN – Kabar duka datang dari keluarga besar masyarakat Toraja di Kota Tarakan dengan meninggalnya salah satu tokoh masyarakat Toraja yakni Matius pasang sebagai salah satu tokoh berpengaruh di Kota Tarakan pada Selasa (8/8/2023) di Rumah Sakit Makassar. Saat dikonfirmasi, Yohanes Londong adik mendiang Matius Pasang mengungkapkan kepergian Matius merupakan suka bagi seluruh masyarakat Toraja di Kota Tarakan.
Yohanes menerangkan, semasa hidup Matius kerap melakukan aksi sosial dengan banyak membantu kehidupan masyarakat. Selain itu, beliau juga berjasa dalam aktivitas keagamaan masyarakat Toraja di Tarakan yang terlibat dalam kegiatan pembangunan gereja.
“Sosok Almarhum adalah tokoh masyarakat Toraja Kota Tarakan dan dikenal seluruh masyarakat di Kota Tarakan. Almarhum ini adalah tokoh pembangunan. Selama beliau hidup beliau sudah banyak membangun fasilitas umum secara pribadi. Baik jalanan, maupun bangunan fasilitas masyarakat Toraja di Tarakan. Kemudian almarhum ini, kami pernah mau mendirikan gereja, beliau yang mengusahakan dari awal sampai selesai,”katanya, (10/8/2023).
“Almarhum Matius Pasang ini dikenal seluruh warga Toraja di Tarakan, beliau juga merupakan sosok yang suka membantu sesama. Beliau juga tokoh agama sehingga kami benar-benar merasa sangat kehilangan. Beliau meninggal di usia 70 tahun dan meninggalkan 6 orang anak,”sambungnya.
Dikatakannya prosesi pemakaman Matius Pasang dilakukan dengan tradisi adat Toraja dan menjalani beberapa rangkaian. Selain itu, dengan meninggalnya bapak pembangunan tersebut pihak keluarga memotong 20 ekor kerbau dan 20 ekor babi sebagai tanda penghormatan kepada mendiang. Pemotongan hewan tersebut juga merupakan bagian dari tradisi adat Toraja yang sudah dilakukan sejak Turun-menurun.
“Kalau tahapannya ada 4 tahapan. Tahapan pertama ada namanya sitemu Mairi, sitemu Mairi adalah proses saling memaafkan sebelum mulai prosesi. Kemudian acara Ma’badong adalah gerakan tarian yang dilakukan untuk menghibur keluarga jenazah. Tarian ini dapat dilakukan oleh keluarga jenazah, rekan, tetangga ataupun orang lain. Setelah itu ada nama Ma’pasilaga yaitu adu kerbau, ma’alona, potong kerbau untuk orang yang melayat, selanjutnya adalah banta’a yaitu bagi daging untuk masyarakat, kelima ada Penguburan dan prosesi terakhir Ibadah penenangan,”ucapnya.
“Orang Toraja yang meninggal harus potong kerbau tapi tergantung kemampuan. Kalau mampu dia potong banyak-banyak, seperti acara pemakaman ini. Pemakaman ini memotong 20 ekor kerbau dan harga kerbau itu paling murah Rp 45 juta. Kerbau yang dipotong itu nanti dibagikan kepada semua yang hadir di acara itu,”katanya.
“Kalau seandainya babi tidak dibatasi mungkin banyak sekali. Karena dibatasi hanya 20 ekor juga. Tapi jumlahnya nanti bisa berkembang saat prosesi acara,”tutupnya.