TARAKAN : Menara Institut menggelar Forum Grup Diskusi (FGD) yang membahas tentang strategi dan langkah-langkah antisipatif terhadap gerakan terorisme pasca pembubaran organisasi terorisme Jamaah Islamiyah (JI) berlangsung di Tarakan, Kalimantan Utara. Jumat, 27 Desember 2024 di Hotel Lembasung.
FGD ini menghadirkan pembicara Kepala Satgaswil Densus 88 Polri Anti Teror diwakili oleh Katim Idensos Ipda Tatan Prayogi, S.H dan Kepala Bidang Perempuan dan Anak dari Forum Koordinasi Pencegahan Terorisme (FKPT) Kalimantan Utara Dr. Nurasiki, S.HI., M.H. CPM.
“Tujuan utama dari diskusi ini adalah memberikannya edukasi kepada generasi muda sekaligus membahas langkah-langkah konkret dalam mengatasi potensi ancaman terorisme yang bisa muncul setelah pembubaran JI dan memperkuat sistem kewaspadaan di Tarakan Kalimatan Utara”, jelas Ketua Pelaksana Andrie Aristyan (27/12/2024).
Tak lupa, lanjut Andrie, mewakili masyarakat Kaltara dan Menara Institut, mengucapkan terima kasih mengapresiasi upaya dan gerak Polda Kaltara, Densus 88 Anti Teror dan FKPT yang terus konsen menjaga kondusifitas di Bumi Benuanta. Menurutnya, kondusifitas yang terjaga selama ini adalah langkah-langkah konkret yang dilakukan oleh aparat keamanan di luar pengetahuan masyarakat.
Sementara itu, Ipda Tatan mengungkapkan, meskipun Jamaah Islamiyah telah dibubarkan, ancaman terorisme di Indonesia belum sepenuhnya hilang.
“Pembubaran JI hanya mengurangi, namun tidak menghapuskan potensi ancaman terorisme yang dapat berkembang dalam bentuk baru, termasuk sel-sel tidur atau kelompok baru yang terinspirasi oleh ideologi radikal,” ujar Tatan.
Untuk itu, kegiatan diskusi, edukasi dan sosialisasi anti terorisme di kalangan generasi anak muda harus terus digalakkan, mengingat wilayah Kaltara sebagai perbatasan sangat rentan masukannya faham-faham radikal-terorisme.
Hal senada juga diperkuat oleh Dr. Nurasikin, sebagai Akademisi yang berkecimpung di FKPT. Ia menyampaikan, perempuan, ibu-ibu dan anak muda atau Gen Z hari ini, adalah kelompok yang paling rentan terpapar oleh radikalisme.
“Pengaruh media sosial dan propaganda online, minim pengetahuan tentang radikalisme, tidak memiliki filter kuatnya menerima berbagai informasi yang tersebar di internet, serta banyak faktor lainnya mulai dari sosial, ekonomi dan spiritual” tutupnya.
Tak lupa, ia pun berterima kasih kepada Menara Institut yang terus eksis mengampanyekan bahaya gerakan radikalisme dan terorisme di Tarakan dan Kalimantan Utara pada umumnya.