TARAKAN – Pelajar Kreatif Indonesia bekerja sama dengan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Borneo Tarakan (BEM UBT) telah menggelar sebuah acara diskusi yang menarik bertajuk “Kulik Bedindang Bedibuay”, dengan fokus utama membahas perspektif generasi muda terhadap budaya lokal.
Acara ini menjadi momentum penting yang dipicu oleh dirilisnya film Bedindang Bedibuay, sebuah karya yang memukau dari sineas Rohil Fidiawan dan Taufan Agustiyan Prakoso, dua orang talenta dari Tarakan yang berhasil meraih perhatian Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia untuk memproduksi film pendek tentang seni tutur suku Tidung, Kalimantan Utara.
Taufan Agustiyan Prakoso, salah satu sosok di balik film tersebut, mengungkapkan bahwa Bedindang Bedibuay tidak hanya sekadar sebuah karya film, tetapi juga merupakan penggalian mendalam terhadap seni tutur yang kaya dari suku Tidung. Menurutnya, daya tarik utama dari seni tutur ini adalah bagaimana setiap hikayat yang disampaikan tidak hanya untuk menghibur, tetapi juga sebagai sarana untuk menyelipkan nilai-nilai leluhur kepada pikiran generasi muda.
Diskusi yang dilangsungkan secara daring pada Minggu (17/3/24) ini menghadirkan sejumlah narasumber yang sangat berkompeten di bidangnya. Rohil Fidiawan, produser film Bedindang Bedibuay, turut berpartisipasi dalam acara tersebut.
Rohil menekankan pentingnya peran media, khususnya perfilman, dalam mempromosikan dan mengembangkan budaya lokal. “Kita harus mengembangkan budaya, mempromosikan budaya sesuai karakteristik dan basic kita,” ungkap Rohil, menjelaskan bahwa minatnya dalam perfilman menjadi wadah untuk mengenalkan budaya Tidung melalui produksi film.
Royyan, Menteri Sosial Kemasyarakatan dan Kepemudaan BEM UBT 2024, juga memberikan wawasan yang berharga dalam diskusi tersebut.
Royyan membagikan cita-cita BEM UBT untuk memperkenalkan budaya lokal ke tingkat nasional melalui Festival Budaya. “Kami punya cita-cita untuk memperkenalkan budaya lokal di kancah nasional,” ujarnya, menegaskan komitmen mereka dalam menjaga dan mempromosikan kekayaan budaya Tidung.
Salah satu elemen menarik dari film Bedindang Bedibuay adalah karakter Salma, seorang perempuan yang mengemban pendidikan tinggi sesuai minatnya yakni di ranah seni dan bertekad mengenalkan budaya lokalnya ke kancah nasional.
Perannya mencerminkan perjuangan perempuan dalam mendapatkan pendidikan dan meraih mimpi, serta mengubah perspektif bahwa perempuan juga bisa memiliki ambisi yang besar. “Film ini bagus sekali mengangkat sebuah fenomena yang dikemas dengan unsur budaya lokal,” ungkap Nurul Hasana, Menteri Pengembangan Inovasi Mahasiswa BEM UBT 2024, menambahkan bahwa film tersebut tidak hanya menghibur, tetapi juga memberikan inspirasi dan pemahaman baru tentang realitas sosial.
Melalui diskusi “Kulik Bedindang Bedibuay” ini, generasi muda berhasil memperluas wawasan mereka tentang kekayaan budaya lokal dan menemukan inspirasi baru dalam mempromosikan dan menjaga warisan budaya mereka. Diharapkan, upaya mereka dapat membawa dampak positif dalam memperkuat identitas budaya Indonesia khususnya budaya Tidung di mata dunia.