TARAKAN – Kementerian Keuangan RI mengelar press rilis ALCo Regional Triwulan II yang berlangsung di Kantor KPKNL Kota Tarakan, Rabu (1/11/2023). Dalam rilis mulai dari Tenaga Pengkaji Bidang Perbendaharaan Kemenkeu, Sulaimansyah memaparkan kinerja APBN hingga September 2023 mulai dari realisasi pendapatan negara dan hibah tercatat Rp 2.540 miliar atau telah mencapai 85,93 persen dari target APBN 2023. Lanjutnya, capaian tersebut lebih tinggi Rp199,94 miliar secara yoy. Kemudian melanjutkan tren kinerja yang masih positif sejak awal 2023, dari sisi pertumbuhan, realisaai pendapatan negara dan hibah tumbuh 8,54 persen (yoy).
“Ini meningkat dibandingkan periode bulan sebelumnya. Secara nominal, realisasi komponen Pendapatan Negara bersumber dari Penerimaan Perpajakan yang mencapai Rp2.307,41 miliar. Kemudian Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang mendapat Rp232,69 miliar. Selanjutnya dari sisi pertumbuhan, realisasi penerimaan perpajakan san PNBP tumbuh berturut-turur sebesar 6,76 persen secara yoy dan 30,11 persen secara yoy,”ujarnya.
Sementara itu, capaian masing-masing komponen Pendapatan Negar terhadap target berturut-turut yaitu, perpajakan 83,93 persen dan PNBP 112,51 persen. Lanjutnya, realisasi belanja negara sampai September 2023 capai Rp8.522,54 miliar atau 67,01 persen dari pagu dan mencatat pertumbuhan sebesar 23,86 persen. Adapun realisasi belanja negara tersebut meliputi belanja pemerintah pusat sebesar Rp 2.651,66 miliar atau 62,68 persen dari pagu dan naik 18,62 persen (yoy). Termasuk transfer ke daerah (TKD) sebesar Rp 5.870,88 miliar atau 69,19 persen dari alokasi atau naik 21,82 persen secara yoy.
“Perkembangan terkini aktivitas ekonomi di negara utama memberikan gambaran prospek ekonomi global yang masih lemah. Kami mengambil contoh ekonomi Amerika Serikat masih mengalami pelemahan sektor riil dan perdagangan. Ekonomi Tiongkok juga demikian mengalami pemulihan ekonomi yang lemah dan prospek pertumbuhan yang melambat. Begitu juga ekonomi Eropa masih terus mengalami tingkat inflasi yang tinggi, aktivitas sektor riil masih lemah namun sektor jasa mengalami ekspansi,”tuturnya.
Dikatakannya, secara global purchasing managers indeks (PMI) manufaktur masih berada pada zona konstraksi. Perkembangan harga komoditi global menunjukkan harga minyak mentah dunia meningkat didorong oleh penurunan sisi supply.
“Adapun untuk kondisi perkembangan aktivitas ekonomi nasional masih tetap kuat dan laju inflasi tetap terkendali. Risiko perlambatan aktivitas global tetap perlu diwaspadai dampak ya terhadap prospek ekonomi nasional,”pungkasnya.