TARAKAN – Rapat Dengar Pendapat (RDP) Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Tarakan bersama Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Tarakan, Kamis (17/4/2025) diwarnai suasana haru.
Rapat tersebut digelar untuk mendengar aspirasi guru terkait kebijakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kalimantan Utara (Kaltara) yang menghapus nsentif guru PAUD hingga SMP.
Saat rapat berlangsung, spontan tangis tangisan sejumlah guru menyayst hati.
Muntia, salah satu guru Taman Kanak-kanak (TK), turut menyatakan kekecewaanya terhadap kebijakan Pemprov Kaltara sambil menahan isak tangis.
“Kalau memang insentif itu dihilangkan atau insentif itu ditiadakan, kenapa?,” keluh Muntia.
“Sudah Rp 650 (ribu) pak, tapi insentif itu sangat berharga buat kami. Kami pun terima tiga bulan sekali kami dikasih, itu pun kami juga terima,” lanjut Mutia yang coba ditenangkan Ketua PGRI Tarakan, Endah Sarastiningsih yang duduk disampingnya.
Karena itu, Muntia memohon kepada pejabat yang hadir dalam rapat tersebut agar dapat memperjuangkan insentif guru yang sudah lama ia terima.
Usai rapat, Mutia kembali menyampaikan kekecewaannya kepada awak media. Menurutnya, meski nilainya insentif yang diterima hanya Rp 650 ribu perbulan, namun sangat bermanfaat untuk memenuhi kebutuhan hidup.
“Meskipun nilainya tidak banyak tapi kan itu sangat bermanfaat buat kita semua,” tutur Muntia.