TARAKAN – Baru saja kita menyaksikan pelantikan kepalah daerah yang berlangsung serentak di Indonesia dan dilantik langsung oleh Presiden Prabowo Subianto di Istana Negara, pada hari kamis tanggal 20 Februari 2025, dan di lanjutkan dengan kegiatan retret oleh Kemendagri di Akmil Magelang.
Selain itu umat islam akan melaksanakan puasa ramadhan 1446 H, pada tanggal 1 Maret 2025. Kedua peristiwa ini akan kita korelasikan dalam sudut pandang ramadhan dan kepemimpinan.
Bulan Ramadhan bukan hanya soal ibadah, tetapi juga momen refleksi bagi pemimpin dalam mengelola daerahnya. Musibah speed boat terbalik, tanah longsor akibat curah hujan tinggi, banjir, dan kebakaran yang terjadi di Kalimantan Utara (Kaltara) adalah peringatan besar.
Di tengah fenomena nasional seperti ucapan kontroversial pemimpin, demonstrasi, dan proyek pembangunan yang menuai kritik, Kaltara pun dihadapkan pada persoalan nyata yang menyangkut nyawa rakyatnya. Apakah pemimpin daerah sudah benar-benar bertindak sesuai dengan nilai-nilai Ramadhan yang mengajarkan tanggung jawab, kepedulian, dan keadilan?
1. Speed Boat Terbalik: Keselamatan atau Kelalaian?
Tragedi speed boat terbalik di perairan Kaltara yang merenggut korban jiwa harus menjadi peringatan serius. Transportasi air adalah nadi utama bagi masyarakat pesisir dan pedalaman Kaltara, namun apakah keselamatan benar-benar jadi prioritas?
Allah berfirman dalam QS. Al-Maidah: 32, bahwa menyelamatkan satu nyawa sama dengan menyelamatkan seluruh manusia. Jika keselamatan transportasi laut masih diabaikan, berarti ada kelalaian sistemik yang dibiarkan.
Yang harus dilakukan pemimpin:
✅ Evaluasi ketat regulasi transportasi laut.
✅ Pastikan speed boat memiliki standar keselamatan yang baik.
✅ Peningkatan fasilitas dermaga dan jalur transportasi alternatif.
2. Tanah Longsor: Musibah atau Kesalahan Manusia?
Curah hujan tinggi sering kali menyebabkan tanah longsor di beberapa wilayah Kaltara, terutama daerah berbukit dan sekitar sungai. Namun, apakah ini murni bencana alam atau ada unsur kesalahan manusia dalam tata kelola lingkungan?
Allah mengingatkan dalam QS. Ar-Rum: 41, bahwa kerusakan di bumi terjadi karena ulah manusia sendiri. Jika eksploitasi alam berlebihan dan perencanaan pembangunan tidak memperhitungkan risiko lingkungan, maka musibah seperti longsor bukan lagi sekadar ujian, tapi akibat dari kebijakan yang salah.
Yang harus dilakukan pemimpin:
✅ Penghentian eksploitasi lahan yang merusak ekosistem.
✅ Reboisasi dan penguatan kawasan rawan longsor.
✅ Pengawasan proyek pembangunan agar tidak merusak alam.
3. Banjir di Kaltara: Solusi atau Sekadar Normalisasi?
Setiap tahun, banjir selalu menjadi masalah besar di Tarakan dan beberapa wilayah lain di Kaltara. Penyebabnya tidak hanya karena curah hujan tinggi, tetapi juga buruknya sistem drainase, penebangan hutan, dan proyek pembangunan yang kurang memperhitungkan aspek lingkungan.
QS. Al-Baqarah: 205 menggambarkan bagaimana manusia sering merusak bumi dengan alasan pembangunan, tetapi akhirnya menyebabkan bencana. Jika pemimpin tidak memiliki visi jangka panjang dalam penanganan banjir, maka masalah ini akan terus berulang setiap tahun.
Yang harus dilakukan pemimpin:
✅ Pembangunan drainase berbasis ekologi, bukan sekadar normalisasi sungai.
✅ Pencegahan alih fungsi lahan yang tidak terkendali.
✅ Perbaikan tata ruang kota yang lebih adaptif terhadap perubahan iklim.
4. Kebakaran: Tragedi yang Seharusnya Bisa Dicegah
Baru-baru ini, beberapa daerah di Kaltara mengalami kebakaran hebat yang menghanguskan pemukiman dan lahan. Penyebabnya bisa beragam: arus pendek listrik, kelalaian manusia, atau pembukaan lahan dengan cara membakar.
Allah berfirman dalam QS. Al-An’am: 141, bahwa kita harus menjaga bumi dan tidak berlebihan dalam mengeksploitasi alam. Jika kebakaran terjadi berulang kali, artinya ada pengabaian serius dalam sistem mitigasi dan penegakan hukum.
Yang harus dilakukan pemimpin:
✅ Penyediaan sistem pemadam kebakaran yang lebih efektif.
✅ Peningkatan sosialisasi pencegahan kebakaran di pemukiman dan hutan.
✅ Sanksi tegas bagi pelaku pembakaran lahan ilegal.
Kesimpulan: Ramadhan, Ujian bagi Pemimpin Kaltara
Musibah yang terjadi di Kaltara bukan sekadar cobaan, tetapi peringatan agar pemimpin lebih serius dalam menjalankan tanggung jawabnya.
✅ Speed boat terbalik → Perbaiki standar keselamatan transportasi air.
✅ Tanah longsor → Perbaiki tata kelola lingkungan dan pengawasan pembangunan.
✅ Banjir → Bangun infrastruktur yang ramah lingkungan.
✅Kebakaran → Perkuat sistem mitigasi dan penegakan hukum.
Ramadhan adalah waktu untuk muhasabah—bukan hanya untuk rakyat, tetapi terutama bagi para pemimpin. Jika bencana terus terjadi tanpa ada solusi nyata, berarti ada kegagalan kepemimpinan yang harus diperbaiki!
Kaltara butuh pemimpin yang bertindak dengan hati, berlogika dengan tindakan yang efektif!