TARAKAN – Badan Restorasi Gambut dan Mangrove (BRGM) melakukan rehabilitasi mangrove dan lahan gambut dengan melakukan penanaman 1.500 bibit pohon magrove di pantai kota Tarakan tepatnya di kawasan Sport Center Kecamatan Tarakan Timur. Penanaman bibit mangrove Sekaligus ini dilakukan serentak di Provinsi Riau, Sumatera Utara, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Papua, dan Papua Barat dalam merefleksikan Hari Lahan Basah Sedunia pada 2 Februari 2024.
Saat diwawancara, Tenaga Ahli Menteri Bidang Pelaksanaan SDGs dan Riset Lingkungan, Henry Bastaman menerangkan, penanaman bibit mangrove tersebut merupakan bentuk upaya penanganan krisis perubahan iklim yang terjadi karena berkembangnya pembangunan. Sehingga ia menegaskan rehabilitasi mangrove dan lahan gambut cukup penting dalam upaya menjaga lingkungan.
“Kami melakukan rehabilitasi menanam 1.500 bibit mangrove di wilayah pantai Kecamatan Tarakan Timur untuk mengatasi krisis perubahan iklim yang juga menjadi masalah seluruh negara di dunia. Untuk itu, sejak 2015 bagaimana upaya konkret itu bisa dilaksanakan di seluruh wilayah Indonesia. Berdasarkan data yang kami peroleh saat ini, hasil-hasil konkret ternyata sudah mulai bisa kita tunjukan untuk meminimalisir kerusakan alam,”katanya, 7 February 2024.
Ia menjelaskan, hal ini bertujuan mengembalikan fungsi-fungsi lingkungan ekosistem di berbagai wilayah yang sangat memiliki nilai yang tinggi dari sisi lingkungan oleh sebab itu inilah pentingnya penanaman dan menjaga mangrove ini. Secara esensial, Tarakan ini memiliki fungsi yang cukup penting di dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Tidak hanya di Kaltara tapi juga di Kalimantan secara keseluruhan,”sambungnya.
Dikatakannya, Kota Tarakan merupakan wilayah yang baik untuk habitat mangrove mengingat Kota Tarakan merupakan sebuah pulau yang memerlukan perlindungan penahan ombak untuk mencegah erosi pada daratannya. Lanjutnya, Mangrove tersebut selain menjadi rumah puluhan spesies fauna juga berfungsi sebagai pemecah ombak yang paling baik.
“Mangrove ini menjadi tanaman yang berperan menurunkan emisi karbon sehingga penting setiap daerah menjaga habitat mangrovenya. Dan tidak hanya dijaga namun juga ditingkatkan. Untuk menjaga kelangsungan ekosistem laut dan darat kita karena mangrove ini merupakan tanaman terbaik untuk memecahkan ombak,”tukasnya.
“Kalau luasan lahan basah gambut dan mangrove tropis di Indonesia sekitar 13,9 juta hektar dan ekosistem mangrove seluas 3,36 juta hektar. sementara wilayah yang dulunya hutan mangrove sekarang sudah tidak ada mangrove (hilang) sekitar 700 ribu hektar di seluruh Indonesia. Memang ada mangrove yang hilang akibat deforestasi sehingga dengan memperbaiki ini kita melakukan rehabilitasi mangrove dengan melakukan penanaman,”lanjutnya.
Sementara itu, Kepala Badan Restorasi Gambut dan Mangrove, Hartono mengatakan ekosistem lahan basah gambut dan mangrove tropis merupakan salah satu yang terluas di dunia. Selain itu, ekosistem lahan basah juga memiliki peran penting dengan memberikan berbagai manfaat nilai instrik dan fungsi kehidupan seperti penyimpan cadangan karbon, perlindungan dari bencana, habitat untuk biodiversitas, hingga pemenuhan kebutuhan manusia yang bernilai ekonomi serta eco-tourism.
“Untuk Peta Mangrove Nasional (PMN), luas mangrove eksisting Provinsi Kaltara adalah sekitar 178 ribu hektare dan memiliki potensi habitat mangrove mencapai 122 ribu hektare. Oleh karena itu, Provinsi Kaltara termasuk dalam salah satu wilayah prioritas BRGM untuk pelaksanaan percepatan rehabilitasi mangrove,”jelasnya.
“Sejak 2021 kami telah melakukan percepatan rehabilitasi mangrove di Provinsi Kaltara melalui penanaman lebih dari tiga juta bibit mangrove di atas lahan seluas 1.565 Ha. Dalam pelaksanaannya, program percepatan rehabilitasi mangrove yang telah berjalan selama tiga tahun ini telah melibatkan 1.012 orang di 14 desa yang tersebar pada 4 kabupaten/kota, yaitu Tarakan, Tana Tidung, Bulungan dan Nunukan,”tandasnya.